Jom Berprogram Bersama IHAB

>> Sunday, July 19, 2009

Institut Hassan Al Banna (IHAB) ada menyediakan pengisian Thaqafah (Ilmu Semasa) untuk ahli yang berdaftar & tidak berdaftar. Sesuai dengan matlamat kami iaitu untuk melahirkan mahasiswa/i yang berketerampilan dan berkepimpinan dan meningkatkan kualiti & kredibiliti mahasiswa/i. Untuk yang terdekat, IHAB akan menyediakan satu wacana berkaitan:

1) Politik Baru di Malaysia

2) Akta Universiti Dan Kolej Universiti Pindaan 2008 : Mansuh lagi, kekal, atau pinda?

Maklumat lanjut akan diberitahu kemudian melalui sms & sebaran am lain. IHAB turut menydiakan perkhidmatan membina manusia melalui program-program yang melibatkan pengisian seperti berikut :

BIL

KURSUS

1.

Kemahiran komunikasi (communication skills)

2.

Pengucapan Awam (Public Speaking )

3.

Penyesuaian Emosi & Spiritual (EQ & SQ )

4.

Penyelesaian masalah & membuat keputusan

5.

Penampilan diri & imej kendiri

6.

Kemahiran organisasi & pengurusan strategic

7.

Pengurusan masa

8.

Team work

9.

Pengurusan dan pengendalian mesyuarat

10

Teknik Penulisan kertas kerja

11.

Bengkel Motivasi








* AKTIVITI SAMPINGAN (Boleh Sertai Melalui Lajnah Tarbiyyah ISIUKM)

BIL

KURSUS

1.

Usrah

2.

Khatibah / Ummah Talk

Read more...

Keselamatan Mahasiswa, Tanggungjawab Siapa??

>> Wednesday, April 8, 2009

Read more...

Kertas Kerja Penubuhan Institut Hassan Al Bana

>> Saturday, April 4, 2009

1.0) PENDAHULUAN :


Menyedari hakikat bahawa kepimpinan Mahasiswa perlu diasah dan dipertajamkan, maka penubuhan sebuah Institut yang dinamakan sebagai Institut Hassan Al Banna adalah bertepatan dengan misi UKM untuk melahirkan warga kampus yang cemerlang dari sudut syaksiah, kepimpinan dan pelajaran. Justeru itu penubuhan Institut ini adalah bertepatan dengan usaha tepat dalam melahirkan generasi yang dipanggil sebagai generasi terpimpin.

2.0) OBJEKTIF :


1) Melahirkan mahasiswa/i yang berketerampilan dan berkepimpinan

2) Meningkatkan kualiti & kredibiliti mahasiswa/i



3.0) TEMA



“Bersama ISIUKM , Memimpin Mahasiswa”


4.0) KURSUS-KURSUS YANG DITAWARKAN :


3.1) FASA 1 :Institut Hassan Al-Banna


* KEFAHAMAN


BIL

KURSUS

1.

Kemahiran komunikasi (communication skills)

2.

Pengucapan Awam (Public Speaking )

3.

Penyesuaian Emosi & Spiritual (EQ & SQ )

4.

Penyelesaian masalah & membuat keputusan

5.

Penampilan diri & imej kendiri

6.

Kemahiran organisasi & pengurusan strategik

7.

Pengurusan masa

8.

Team work

9.

Pengurusan dan pengendalian mesyuarat

10

Teknik Penulisan kertas kerja

11.

Bengkel Motivasi


* ISU-ISU SEMASA


BIL

KURSUS

1.

Mahasiswa

2.

Dalam negara

3.

Luar negara

* AKTIVITI SAMPINGAN


BIL

KURSUS

1.

Usrah

2.

Khatibah / Ummah Talk

5.0) PENUTUP


Dengan tertubuhnya institut ini, harapan saya agar dapat membantu ISIUKM dalam melahirkan kader-kader Islam secara tidak langsung yang menghadami kemahiran-kemahiran generik yang telah disusun secara rapi, moga-moga usaha yang tidak setimpal ini memberi kesan dalam jangka masa pendek mahupun panjang untuk melahirkan lebih ramai lagi pemimpin yang mencontohi keperibadian dan keterampilan sehebat Hassan Al-Banna walaupun tidak keseluruhannya, bahkan sebahagian sahaja sudah mampu untuk kita harapkan. Institut ini sebahagian dari wadah untuk memancarkan keindahan Islam secara lebih jitu pada masa akan datang khususnya di perbukitan Bangi ini.

Read more...

Prinsip 20

Dari Buku: Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan.

Penulis: Syaikh Jasim Muhalhil.

Prinsip Pertama

Berhukum kepada al-Kitab dan as-Sunnah. Prinsip yang sama sekali tidak boleh dilanggar adalah berhukum kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah telah memerintahkan kita untuk itu,

“Dan apa-apa yang kalian perselisihkan di dalamnya dari sesuatu maka hukumnya (kembali) kepada Allah.” (QS. asy-Syura: 10)

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul dan pemimpin kalian. Bila kalian berselisih dalam sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir, itulah yang paling baik.” (QS. an-Nisa:59)

Allah memerintahkan kita untuk mentaati Rasul-Nya saw., kemudian mentaati pemimpin. Dan bila terjadi perselisihan, baik antara kita dengan pemimpin atau antara sesama kita, maka harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Karenanya Imam Hasan al-Banna rahimahullah mengatakan dalam prinsip kedua, "Dan al-Qur'anul karim dan Sunnah yang suci adalah rujukan setiap muslim dalam mengenali hukum-hukum Islam. Al-Qur'an difahami sesuai dengan kaidah bahasa Arab tanpa berlebihan dan over. Sedangkan pemahaman sunnah yang suci dikembalikan kepada para tokoh hadits yang mulia."

Prinsip kedua

Setiap orang perkataannya dapat diambil atau ditolak kecuali al-ma'shum (yang terpelihara dari dosa) yakni Rasulullah saw. Tentang hal ini Ustadz Hasan al-Banna mengatakan dalam prinsip keenam, “Setiap orang dapat diambil perkataannya atau ditinggalkan kecuali al-ma'shum Rasulullah saw. Dan setiap yang datang dari para salaf ridhwanullahi 'alaihim yang sesuai degan al-Kitab dan Sunnah kami terima. Bila tidak maka Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya lebih utama untuk diikuti. Akan tetapi kami tidak menyebut pribadi-pribadi tertentu yang berselisih dalam hal ini melalui cacian atau penghinaan. Kami serahkan mereka dengan niat mereka kepada Allah, dan mereka akan memperoleh balasan apa yang telah mereka perbuat."

Terkait dengan hal inilah Ustadz Hasan al-Banna mengatakan, "Karena itu setiap orang, kecuali al-ma'shum saw., dapat diambil perkataannya atau ditolak."

Perkataan seseorang dapat dijadikan sandaran, selama memiliki dalil yang jelas tentang kebenarannya, dan ditolak selama tidak jelas petunjuk kebenarannya.

Dalam hal ini, ketika Ikhwan mengangkat perkataan para ummat terdahulu dari para imam fiqih, dan bahasa Arab, tidak terbetik dalam hati kami bahwa kita wajib hukumnya mengikuti mereka, apapun yang mereka katakan.

Meskipun demikian kami tetap berhujjah dengan perkataan mereka dan merekalah imam-imam fiqih, yang mengetahui berbagai uslub fiqih. Karenanya, Ikhwan juga tidak membolehkan seseorang berhujjah dengan apa yang tertera pada majalah yang dikeluarkan Ikhwan, atau juga dengan buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh Ikhwan.

Seluruhnya harus dikembalikan oleh al-Kitab dan sunnah yang suci. Seandainya hal tersebut tidak dilarang, niscaya semua orang dapat menghancurkan semua da'wah yang ada di medan da'wah dan harakah.

Prinsip Ketiga

Hasan al-Banna bukanlah sekedar seorang alim yang memberi pelajaran pada murid-murid sekolah, menganalisa masalah-masalah ilmiyah. Hasan al-Banna adalah seorang yang selalu memfokuskan perhatiannya pada gejolak ummat Islam, keterbelakangan dan kejauhan mereka dari agama mereka, kebodohan mereka terhadap Islam, penguasaan musuh-musuh atas mereka, sehingga beliau ingin mengembalikan kejayaan ummat ini kembali, dengan membina pribadi Islam, dan jama'ah Islamiyah yang dapat mengembalikan keashalahan (kemurnian), dinamika dan kebaikan ummat Islam.

Sedangkan tokoh yang orientasinya membina masyarakat dalam hal ini, bukanlah seperti orang alim yang mengatakan kalimat yang haq kemudian pergi dan tidak perduli pengaruh yang ditinggalkan akibat perkataannya itu.

Hasan al-Banna mengamati banyak hal, ia berjalan selangkah demi selangkah, meletakkan tahapan dalam beramal, di mana setiap tahapan ia bangun hingga pada taraf tertentu kemudian baru dilanjutkan pada tahapan berikutnya.

Hasan al-Banna dalam hal ini selalu berhadapan dengan berbagai realitas pahit. Para pendukung kebenaran hanya sedikit. Dan mereka yang mampu menyempurnakan bangunan dengan baik dari yang sedikit itu lebih sedikit lagi. Jumlah yang sedikit inilah yang harus meretas jalan, di tengah terpaan angin, di tengah kehidupan yang telah di penuhi khurafat, bid'ah dan ikhtilaf.

Hasan al-Banna membangun sebuah bangunan yang tak dapat dilakukan dalam waktu sehari, bahkan satu bulan. Berhadapan secara frontal dengan realitas dan kebatilan yang tak mungkin selesai dengan satu kali gempuran.

Orang-orang yang melemparkan kritik, sambil duduk di balik tumpukan buku dan menghakimi da'wah Syaikh Hasan al-Banna, telah melakukan kesalahan besar. Mereka tidak mengetahui apa tujuan yang diinginkan syaikh dalam da'wahnya.

Sebagian mereka menilai da'wah Ikhwan hanya dari satu tahapan ke tahapan lainnya, sementara yang lainnya tidak dapat menggambarkan harakah secara utuh. Mereka mengira bahwa syaikh dan da'wahnya bertentangan dengan mereka, karena mereka tidak menguasai harakah dan karakteristik da'wah Hasan al-Banna pada tahapan-tahapannya.

Sementara ada pula sebagian yang melihat pada sekelompok orang yang dirangkul oleh jama'ah dan tengah dibina di pangkuan da’wah. Dari sanalah orang-orang itu menilai da'wah, karena menggenalisir dan menyangka bahwa semua mereka adalah anggota Ikhwan.

Yang lain lagi mengkritik harakah berdasarkan prilaku, aqidah dan persepsi anggotanya. Sebagaimana orang-orang kafir menilai prilaku kita kaum muslimin, tanpa dilandasi paradigma dan prinsip yang kita sepakati.

Para kritikus itu memiliki manhaj yang beragam, sumber yang berbeda-beda, setiap orang melihat kebenaran pada satu sisi dan mengklaim da'wah Ikhwan sebatas apa yang mereka anggap benar. Bisa jadi orang lain yang benar, dan bisa jadi dia yang benar. Akan tetapi, karena keragaman manhaj dan sumber tadi, objek kritikannya pun hanya berkisar pada masalah-masalah parsial.

Sesungguhnya Syaikh Hasan al-Banna ingin mengembalikan sebuah arus Iman Islam, yang telah tersingkir dari dada ummatnya. Ia mengikat para pengikutnya dengan ikatan ukhuwwah Islamiyah, melakukan da'wah Islam disana sini, masuk ke dunia akademis, bergerak di bidang militer, hingga kementerian.

Al-Banna mengarahkan masyarakat kepada Islam sesuai pemahaman yang sederhana dan jelas. Terkadang ia mengemas da'wahnya dengan apik agar ummat terhindar dari perpecahan. Meskipun para pengikutnya memiliki pemahaman yang bertingkat-tingkat, namun ia mampu menghimpun mereka dan mendorong arus Islam ini secara umum, serta dapat berinteraksi dengan arus dan menerima perkembangan.

Inilah ruang lingkup yang harus dilihat pada Harakah Ikhwan. Suatu pandangan yang parsial tidak akan bermanfaat sebelum mengetahui ruang lingkup tersebut.

Hasan al-Bana bukan guru spesialis aqidah, atau fiqih. Ia adalah da'i penyeru ummat manusia pada Islam, melakukan pembinaan di atasnya, mengarahkan serta menghimpun manusia kepada Islam. la memiliki pemahaman yang baik terhadap Islam. Akan tetapi ia meletakkan rambu-rambu dan batasan yang tidak berarti pemisahan atau juz'iyah.

Selanjutnya, kita dapat mendiskusikan beberapa tulisan yang mengkritik Jama'ah Ikhwan. Dan dalam menilai pergerakan harakah Islamiyah ini ada beberapa hal yang perlu disepakati:

Pertama, Ketika kami berbicara tentang Ikhwan ,"Salafiyah" bukanlah istilah teknik untuk suatu jamaah, melainkan bentuk pemahaman terhadap Islam dalam menghadapi berbagai faham lain dari berbagai kelompok yang menyimpang. Pemahaman ini ada sejak awal sejarah Islam.

Pada dasarnya, seluruh du'at harus menjalani manhaj Salaf ridhwanullahi'alaihim, bergerak dengannya baik secara pemahaman, amalan dan aqidah. Salafiyah bukan sebuah jama'ah dari jama'ah-jama'ah, dan bukan merupakan satu hizb dari berbagai hizb yang ada.

Kedua, Tuduhan bahwa Ikhwan tidak memiliki persepsi aqidah yang jelas adalah propaganda yang membutuhkan bukti. Dan apa yang disebutkan para kritikus itu tidak dibangun di atas dalil.

Syaikh Hasan al-Banna telah meletakkan dasar-dasar aqidah yang jelas dalam banyak tulisannya. Dalam hal ini beliau selalu merujuk pada al-Qur'an dan Sunnah. Pada keduanyalah terdapat kehidupan dan kesembuhan hati.

Syaikh Hasan al-Banna mengetahui dengan baik perbedaan yang terjadi antara mazhab salaf dan khalaf. Akan tetapi melalui kepekaan seorang da'i ditengah konspirasi musuh-musuh lain, beliau ingin mendekatkan berbagai sudut pandang. Ia berupaya menjelaskan bahwa perbedaan antara salaf dan khalaf bukanlah perbedaan besar. Semestinya pendapat seperti ini tidak harus memunculkan fitnah terhadapnya.

Adapun bahwa beliau mengajak untuk saling menolong di antara kelompok Islam dan madzhab Islam, maka upaya untuk mewujudkan itu tidak membahayakan selama seorang muslim mengetahui manhaj yang benar, dan tetap berpegang teguh kepadanya.

Cukuplah bahwa Syaikh Hasan al-Banna memberi rambu-rambu pemahamannya sebagaimana terdapat pada ushulu al-'isyriin.

Syaikh Hasan al-Banna juga tidak lupa menyebutkan masalah tashawuf yang dimaksud dengan pembinaan jiwa dan pembinaan perilaku, jauh dari khurafat, bid’ah, suatu pola yang telah banyak mendapat pujian dari banyak orang.

Rincian Tuduhan dan Jawaban

Tuduhan bahwa Ikhwanul Muslimin Tidak Memiliki Persepsi Aqidah yang Jelas

Ketika membahas manhaj aqidah Ikhwan, kami telah menjelaskan bahwa aqidah Ikhwanul Muslimin adalah sebagaimana aqidah salafiyyah. Karenanya, Hasan al-Banna begitu besar perhatiannya terhadap masalah aqidah.

Beliau mengatakan, "Yang saya maksud dengan ukhuwwah adalah agar hati dan ruh kaum muslimin itu bersatu dengan ikatan aqidah, sebagai ikatan yang paling kokoh dan kuat."

Masalah aqidah dibahas secara detail dan jelas:

Dalam al-Ushul 'isyriin, masalah tersebut secara gamblang dan rinci dijelaskan dalam poin berikut:

  • Prinsip pertama dan kedua, tentang aqidah dan hubungannya dengan amal perbuatan. Inilah aqidah yang-benar dan ibadah yang lurus. Serta al Qur'an dan Hadits sebagai rujukannya.
  • Prinsip ketiga: Pengaruh Iman terhadap diri muslim.
  • Prinsip keempat:, Tentang jimat dan berbagai bentuk kemusy- rikan dan bid'ah yang harus diperangi.
  • Bagian terakhir dari prinsip kesembilan: Tentang penghormatan terhadap shahabat dan persoalan yang terkait dengan mereka, ridhwanullahi ‘alaihim.
  • Prinsip kesepuluh: Keyakinan tentang Tauhid uluhiyah dan Rububiyah
  • Prinsip ke sebelas: Bid'ah dalam agama Allah dan cara memeranginya.
  • Prinsip ke tiga belas: Orang-orang shalih dan karomah.
  • Prinsip keempat belas: Masalah kuburan dan bid'ah yang terkait dengannya.
  • Prinsip ke lima belas: Masalah do'a dan tawassul.
  • Prinsip ke tujuh belas: Aqidah dan keterikatannya dengan amal.
  • Prinsip ke delapan belas: Aqli dan naqli dalam aqidah.
  • Prinsip ke sembilan belas: Hubungan dalil Aqli dan naqli dalam aqidah, dan apabila terjadi kontradiksi maka dalil naqli lebih diulamakan.
  • Prinsip ke dua puluh: Tidak melakukan takfir (mengkafirkan) terhadap orang yang berbuat dosa kecuali dia berikrar dan selalu mengulangi perbuatan itu, sesudah dijelaskan tentang penyimpangannya.

Selain prinsip-prinsip tersebut perhatian tentang aqidah tampak juga pada keterangan beliau pada bab kedua yang membahas tentang da'wah, dijelaskan dalam prinsip pertamanya tentang syumuliyatul fahm, pemahaman Islam yang integral.

Dalam bab ketiga tentang manhaj, prinsip kedua, dijelaskan bahwa landasan pemahaman seorang muslim dan rujukannya dalam manhaj adalah al-Qur'an dan sunnah. Pada prinsip keenam dalam bab tersebut disebutkan bahwa kesucian itu hanyalah pada al-Qur'an dan sunnah Nabi saw.,juga disebutkan sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah khilafiyah.

Pada prinsip kesembilan dijelaskan agar seorang muslim tidak tenggelam dalam masalah-masalah perdebatan dan meninggalkan semua unsur yang memecah belah. Kemudian pada prinsip keenam belas menerangkan masalah 'urf dan pengaruhnya.

Di bab keempat, tentang fiqih, dijelaskan dalam prinsip ke tujuh tentang ijtihad dan taqlid. Pada prinsip ke delapan, tentang perselisihan dalam furu' (cabang) dan pertentangan di dalamnya.

Pada prinsip keduabelas, dijelaskan seputar ibadah dan penambahan ibadah serta pemahaman ulama terhadap masalah tersebut.

(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)

Read more...

Mencari Hassan al Bana ke-2

Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama dan jasa yang ditaburkan. Inilah yang dapat diperkatakan mengenai keperibadian tokoh pada kali ini iaitu As Syahid Imam hassan Al Banna. Walaupun telah 54 tahun Almarhum meninggalkan kita semua, namun perjuangan dan kegigihannya dalam menegakkan kembali Islam di bumi Mesir tetap kukuh bersemadi dalarn hati sanubari masyarakat Islam hingga ke hari ini.

Tanggal 12 Februari 1949 meninggalkan sejarah hitam dan pilu bagi masyarakat Islam khususnya pejuang-pejuang agama. Pada tarikh itu dunia Islam kehilangan seorang ulama dan mujahid yang menjadi pelopor dalam mengembalikan kegemilangan Islam ke kemuncaknya. Pemergiannya yang tidak diduga merupakan suatu pembunuhan kejam hasil konspirasi musuh-musuh Islam yang berselindung di sebalik Raja Farok, pemerintah Mesir pada ketika itu.



Imam Hassan Al Banna telah dilahirkan pada Oktober 1906 di desa al Mahmudiya yang terletak di daerah al Bahriyyah, Iskandariah, Mesir. Beliau berasal dari sebuah keluarga Ulama yang dihormati dan terkenal kerana begitu kuat mentaati ajaran dan nilai-nilai Islam. Mujahid Islam ini dibesarkan dalam suasana keluarga yang merendah diri dan hidup dalam keadaan yaug serba sederhana.



Hassan al Banna merupakani anak sulung daripada lima beradik. Ayahnya, Syeikh Ahmad ibn Abd al Rahman al-Banna. adalah seorang ulama, imam, guru dan pengarang beberapa buah kitab hadis dan fikah perundangan Islam, yang berkelulusan dari Universiti Al Azhar Mesir. Beliau dikenali sebagai seorang yang bersopan santun, pemurah, merendah diri dan tingkah laku yang menarik. Namun beliau hanya bekerja sebagai pembaik jam di desa al Mahmudiya untuk menyara keluarganya. Masa yang selebihnya digunakann untuk mengkaji, menyelidik dan mengajar ilmu-ilmu agama seperti tafsir al Quran dan hadis kepada penduduk tempatan.



Sebagai seorang ulama, Sheikh Ahmed Abd Rahman al Banna mempunyai perpustakaan yang agak besar di rumahnya. Beliau menghabiskan sebahagian masanya mempelajari Sunnah Rasulullah dan membincangkannya dengan rakan-rakan di kedai dan di rumah. Hassan al-Banna juga sering menghadiri dan mengambil bahagian dalarn perbincangan tersebut. Pertemuan ini memberi kesan yang mendalam kepada pemikiran, wawasan dan yang penting perwatakannya. Ketokohan, keilmuan dan keperibadian Syeikh Ahmad al Banna diwarisi oleh Hassan al Banna.



Sifat kepimpinan Hassan al Banna terserlah sejak beliau masih di sekolah rendah. Beliau menjadi pernimpin Badan Latihan Akhlak dan Jemaah al-Suluka al-akhlaqi yang dikelolakan oleh gurunya di sekolah. Pada peringkat ini beliau telah menghadiri majlis-majlis zikir yang diadakan oleh sebuah pertubuhan sufi, al-lkhwan al- Hasafiyah. Melalui pertubuhan ini beliau berkenalan dengan Ahmad al-Sakri yang kemudiannya memainkan peranan penting dalarn penubuhan Ikhwam Muslimin



Keluarga Hassan Al- Banna begitu tegas dalam mendidik anak-anak berdasarkan ajaran Islam. Hal ini menyebabkan beliau telah menghafaz Quran dalam usia yang begitu muda dan telah memasuki Pusat Latihan Perguruan. Selepas tiga tahun di sanabeliau mendapat tempat pertama dalam peperiksaan akhir. Beliau telah memasuki Darul Ulum di Kaherah pada awal usia 16 tahun kerana kebijaksanaan dan ilmu pengetahuannya yang luas.



Semasa di Kaherah, Hassan al Banna terdedah dengan pergolakan parti politik dan aliran-aliran menentang Islam yang dicetuskan oleh gerakan Kamal Ataturk. Parti-parti politik, kumpulan-kumpulan sasterawan dan pertubuhan-pertubuhan sosial sekular kebanyakannya bertujuan melemahkan pengaruh Islam. Beliau kemudian menganggotai pertubuhan Jamaitul Makram a;-Akhlaq yang giat mengadakan ceramah-ceramah Islam. Melalui pertubuhan ini, Hassan al-Banna dan rakan-rakannya menjalankan dakwah ke serata pelosok tempat, di kedai-kedai kopi dan tempat perhimpunan orang ramai.



Pada peringkat inilah beliau bertemu dan mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh Islam terkenal seperti Muhibbuddin al-Khatib, Muhammad Rashid Reda, Farid Wajdi dan lain-lain..



Menubuhkan lkhwan Muslim



Pada Mac 1928, dalam usia 23 tahun, Hassan al-Banna beserta adik dan lima orang sahabatnya berkumpul di rumahnya dan bersumpah untuk hidup dan mati kerana Islam. Di rumah itu jemaah Ikhwan Muslimin telah ditubuhkan. Pada ketika itu beliau baru mendapat ijazah dari Darul Ulum serta berkhidmat sebagai guru bahasa Arab di salah sebuah sekolah di bandar Ismailiyah.



Ketika ditanya mengapa beliau melibatkan diri dalam kerja kerja dakwah, Hassan al Banna dengan tegas menjawab, ia hanya Allah yang tahu berapa malam kita menghabiskan masa untuk memikirkan masalah Ummah, pada peringkat mana mereka telah melaluinya dan kesakitan dan keperitan yang telah mereka lalui. Dan kita merenung sumpahan yang dikenakan atas kesakitan yang dilalui oleh Ummah. Kesukaran dan kepahitan yang dilalui oleh mereka mungkin berakhir dengan munajat dari kita sernua.



Setelah berkhidmat selarna 19 (tahun dalam bidang perguruan, beliau meletakkan jawatan pada tahun 1946 untuk menyusun kegiatan dakwah yang berkesan dalam masyarakat di bandar. Pengalaman ahli jemaah yang dikumpulkan sekian lama menjadikan Ikhwan Muslimin sebuah gerakan yang berpengaruh.



Di dalam buku "Letter To A Muslim Student" (FOSIS,1995) kedinamikan Ikhwan Muslimin dijelaskan: Pencapaian Hassan al Banna yang paling membanggakan ialah kernampuannya membangunkan organisasi yang canggih dan berjaya menterjemahkan wawasannya dalam kehidupan sebenar. Ikhwan bukan sekadar pertubuhan yang berasaskan sosial, politik atau kumpulan agarria tetapi lebih dari itu.



Menurut Dr. Muhammad Karnal khalifah, Pensyarah di Universiti Cairo melalui mukadimah buku Ikhwan Muslimin dan Masyarakat Mesir, kemunculan Hassan Al Banna yang mendapat inspirasi dari Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, serta menjalani aliran rakyat melahirkan golongan mukmin yang sebenar-benarnya melalui pengajian dan pembelajaran untuk menyebarkan akidah yang sahih, kefahaman yang betul dan menyeluruh tentang Islam dan sistemnya. Beliau berjuang bersungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita tersebut. Usaha beliau ini amat dikagumi masyarakat Mesir sehingga Islam kembali kepada kedudukan yang sewajarnya dalam masyarakat.



Dalam usia yang muda, Hassan al-Banna dikagumi kerana penyampaiannya yang jelas dan terang apabila menyampaikan khutbah di masjid. Beliau dapat meyakinkan para pendengar dengan kebenaran yang dibawa, matlamat dan keikhlasannya. Beliau mampu meyakinkan golongan intelektual dan orang biasa.



Berdasarkan kepimpinannya, Hassan al Banna adalah pemimpin yang bijak mengatur organisasi. Ikhwan Muslimin disusun dalam tiga peringkat iaitu memperkenalkan Ikhwan dan menyebarkan dakwah asas melalui ceramah serta kegiatan kebajikan. Kemudian membentuk keperibadian anggota agar bersedia menjalani jihad, seterusnya melaksanakan cita cita perjuangan dengan tegas.



lkhwan Muslimin berjaya menjadi sebuah gerakan yang menggegarkan Mesir terutama selepas Perang Dunia Kedua apabila pertubuhan ini turut bertanding dalam perebutan kuasa politik.Para penentangnya menyifatkan Ikhwan Muslimin sebagai negara di dalam negara. Sehingga tahun 1934, Ikhwan telah menubuhkan lebih 50 cawangannya di Mesir. Pertubuhan ini telah menubuhkan beberapa buah sekolah, masjid dan kilang. Pada penghujung Perang Dunia Kedua, lkhwan mempunyai lebih setengah juta pekerja yang aktif dan setengah juta penyokong (sesetengah sumber menyebut sekitar 3 juta). Lebih 3000 cawangan kesernuanya telah wujud di Mesir dan 50 di Sudan dihasil-kerja Ikhwan yang melangkaui batas negara.



Dalam satu jawapan yang diberikan oleh wartawan barat terhadap dirinya yang bertanyakan siapakah dia, Hassan Al Banna menjawab, saya adalah pelancong yang mencari kebenaran, dan insan yang mencari erti kemanusiaan di kalangan manusia, dan warganegara yang inginkan kemuliaan, kebebasan, kestabilan, hidup yang baik untuk negara dan berjuang untuk menaikkan Islam.



Malah, kerajaan British telah menjemput Hassan al Banna ke kedutaan mereka untuk minum teh. Beliau dipuji kerana perwatakannya yang baik, kerja-kerja kebajikannya untuk membantu anak-anak yatim dan janda. Malah pegawai atasan British menjelaskan bahawa dunia sangat fragile dan Mesir perlu dibangunkan sebagai negara yang moden dan makmur.



Pengharaman Ikhwan Muslimin dan Pembunuhan Hassan AI-Banna



Pengaruh Ikhwan Muslimin yang kuat amat dikhuatiri oleh Kerajaan Mesir di bawah Noqrashi Pasha dari Parti al-Safdi. Pada 8 November 1948 Beliau telah mengharamkan Ikhwan Muslimin atas tuduhan merancang satu pemberontakan untuk menjatuhkan kerajaan. Sumbangan Ikhwan Muslimin menghantar beribu ribu orang pejuang dalam perang menghadapi Israel seolah olah dinafikan. Kesemua cawangannya yang berjumlah lebih 3000 diarahkan supaya dibubarkan. Sekiranya masih beroperasi, mereka akan dikira sebagai pertubuhan haram, pelampau dan pengganas. Unit-unit tentera Mesir dan tentera Ikhwan Muslimin yang berjuang di Palestine dipanggil balik. Berbagai-bagai tuduhan dan fitnah dilemparkan terhadap Ikhwan Muslimin. Anggota-anggotanya ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara, di seksa dengan teruk, malah ada yang dibunuh. Apabila seorang wartawan bertanyakan Hassan al-Banna tentang pengharaman itu, beliau menjawab, apabila kata-kata diharamkan, maka tanganlah yang akan menggerakkannya. Begitu mendalam kata katanya.



Tidak lama kemudian Perdana Menteri Mesir telah dibunuh dan Gerakan Ikhwan telah dipersalahkan atas kejadian itu. Pada bulan yang berikutnya harta benda pergerakan itu telah dirampas dan beribu ribu orang beliau telah disumbatkan ke dalam penjara.



Dengan alasan untuk mengendurkan (mengurangkan) ketegangan (konflik) antara Ikhwan Muslimin dan kerajaan, pihak kerajaan menjemput Hassan al-Banna untuk berunding bertempat di Pejabat Jam'iyyah al-Syubban al Muslimin. Sebenarnya jernputan itu hanyalah sebagai helah untuk membunuh beliau.



Pada 12 Februari 1949 jam 5 petang, Hasan al Banna bersama iparnya Abdul Karim Mansur, seorang peguam, suami kepada adik perempuannya berada di pejabat tersebut. Mereka menunggu Menteri Zaki Ali Basya yang dikatakan mewakili kerajaan untuk berunding, tetapi malangnya Zaki Ali Basya tidak kunjung tiba.



Akhirnya setelah selesai menunaikan solat Isyak mereka memanggil teksi untuk pulang. Ketika baru sahaja menaiki teksi yang dipanggil, dua orang yang tidak dikenali menerpa ke arah teksi dan salah seorang daripada mereka terus melepaskan tembakan pistol. Mereka berdua terkena ternbakan itu. Iparnya itu tidak dapat bergerak akibat terkena tembakan tersebut. Walaupun terkena tujuh tembakan, Hasan al-Banna masih mampu berjalan masuk semula ke pejabat Jam'iyyah al Syubban al-Muslimin memanggil ambulans untuk membawa mereka ke hospital.



Setibanya di hospital Qasral 'Aini, mereka dikawal rapi oleh Jeneral Muhammad al-Jazzar dan tidak membenarkan sebarang rawatan diberikan kepada Hasan al Banna. Pada pukul 12.50 tengah malam, Hasan al-Banna menghembuskan nafas yang terakhir akibat tumpahan darah yang banyak.



Pengurusan Jenazah



Pada pukul satu pagi pihak polis menyampaikan berita kematian kepada ayah Hasan al-Banna dengan dua pilihan: Pihak polis akan menghantarkan jenazah ke rumahnya untuk beliau menjalankan urusan pengebumian pada jam sembilan pagi tanpa sebarang perhimpunan, jika tidak menerima tawaran pertama itu, pihak polis sendiri terpaksa membawa jenazah dari hospital ke kubur tanpa beliau melihat jenazah anaknya itu.



Ayah Hasan al Banna menerima pilihan yang pertama. Sebelum fajar menyingsing, jenazah as-Syahid dibawa ke rumahnya di Hilmiah al-Jadid dengan sebuah kereta yang dikawal rapi oleh polis yang lengkap bersenjata. Di sekitar rumahnya juga terdapat polis dan tentera berkawal dengan rapi. Mereka tidak membenarkan sesiapa pun menghampiri kawasan tersebut. Jenazah Almarhum dibawa masuk ke rumahnya secara tidak ada orang yang melihatnya dan tidak ada yang mengetahui masa ketibaannya.



Sheikh Ahmad Abdur Rahman, ayah Hasan al-Banna yang sudah berusia lebih 90 tahun itu dengan penuh kesabaran memandikan dan mengapankan jenazah anaknya yang baru berusia 43 tahun itu seorang diri. Setelah diletakkan ke atas pengusung, beliau memohon pihak polis mencari beberapa orang untuk mengusungnya. Tetapi pihak polis ruenjawab, biarkanlah orang-orang perempuan tolong mengusungnya.



Polis tidak membenarkan sesiapa datang ke rumah tersebut untuk mengucapkan takziah dan tidak dibenarkan membaca al-Quran. Ayah Hasan al-Banna tidak dapat berbuat apa apa lagi. Beliau dengan tiga orang perempuan terpaksa mengusung anaknya itu menuju ke Masjid al-Qaisun untuk disembahyangkan. Pihak polis lebih dahulu telah pergi ke masjid memerintah orang-orang yang ada di situ supaya meninggalkan masjid. Sheikh Abdur Rahman seorang diri menunaikan solat jenazah ke atas anaknya itu. Kemudian mereka meneruskan pengusungannya menuju ke perkuburan untuk disemadikan jenazah Almarhum.



Pada waktu itu usia Hassan Al-Banna baru mencecah 43 tahun. Anak bongsunya telah dilahirkan pada hari yang sama isteri Hassan Al-Barma menamakannya "Esteshhaad" yang bermaksud syahid.



Pembunuhan Hassan al-Banna adalah satu perancangan pihak istana dengan arahan Raja Farouk dan Perdana Menterinya Ibrahim Abdul Hadi. Sebab itulah tidak ada sebarang tindakan ke atas penjenayah dan orang yang terlibat. Kes pembunuhan ini walaupun telah dibawa ke mahkamah beberapa kali, tetapi telah ditangguhkan. Pertama kali dibawa pada masa pernerintahan Perdana Menteri Ibrahim Abdul Hadi. Kedua, pada masa pernerintahan Perdana Menteri Husin Sari. Ketiga, pada zaman pernerintahan Perdana Menteri Mustafa al Nahhas Basya.



Pada 23 Julai 1952 satu revolusi telah tercetus. Raja Farouk terpaksa turun dari singgahsananya. Berikutan itu, kes ini dibuka semula. Penjenayah ditangkap dan pada 2 Ogos 1954, Koperal Ahmad Husin Jad dikenakan hukuman penjara seumur hidup dengan kerja berat.



Pemandu kereta, Sarjan Major Muhammad Mahfuz Muhammad dikenakan hukuman penjara 15 tahun dengan kerja berat. Major Muhammad al Jazzar dikenakan hukuman satu tahun penjara dengan kerja berat.



Sejak pembunuhan terhadap Hassan al Banna, ramai pendukung Ikhwan Muslimin yang telah ditindas dan dizalimi. Namun tindakan tindakan tersebut menyebabkan pertubuhan itu bukan sahaja semakin bertambah kuat di Mesir, malah telah mengembangkan sayapnya di negara-negara Arab. Kebangkitan Islam yang berlaku di negara Arab pada hari ini sebenarnya secara tidak langsung bertitik tolak dari Gerakan Ikhwan Muslimin.



Tegasnya, Hasan al-Banna merupakan seorang pejuang yang gigih dan berani, berjaya menyedarkan masyarakat dengan fikrah dan pendekatan barunya dalam gerakan dakwah dan manhaj tarbiahnya yang syumul. Walaupun beliau telah pergi menemui Ilahi, namun fikiran dan gerak kerjanya masih menjadi rujukan dan pegangan pejuang pejuang dan harakah Islamiah pada hari ini.



Sumber: Majalah I, April 2003

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP